Minggu, 15 Oktober 2006

Artis-artis Overseks Beraksi di Pringgodani

Wayang Sableng
Artis-artis Overseks Beraksi di Pringgodani
oleh Ki Karyanto Nglengkorocarito

Bagaikan kapal tanpa nakhoda. Itulah situasi Pringgodani sejak pemimpinnya, Arimba, tewas dibunuh Bima. Maka yang terjadi, roda pemerintahan amburadul. Korupsi menjadi makanan empuk setiap saat, yang kecil memanipulasi karcis bekas lalu dijual lagi, dan yang gede me-mark up pengadaan dana proyek, atau menjalankan strategi kredit macet.

Pringgodani betul-betul rapuh. Situasi ini memancing negara lain ingin mencaploknya. Bumi Pringgodani memang subur. Apalagi yang namanya sumber minyak melimpah ruah hingga cukup untuk menghidupi 500 generasi. Jangan heran Astina yang diotaki Duryudana --setelah mendapat bisikan dari Sengkuni dan Durna-- juga ingin mencaploknya. Namun yang paling ambisi malah negara Tunggarana di bawah kekuasaan Kalapustaka.

"Seandainya Pringgodani bisa merger dengan Tunggarana, pasti kita lebih makmur," kata Kalapustaka memberi semangat para stafnya.
"Kalau sudah makmur, bagaimana nasib saya, Bos?" tanya Dendapati yang seumur-umur jabatannya tak pernah naik, hanya jadi asisten adipati terus.

"Dendapati, lu jangan khawatir! Begitu Pringgodani gabung, lu bakal gue angkat jadi menteri. Kau memang ABS yang tahu selera cewek yang kusuka," janji Kalapustaka yang suka main perempuan ini.

Tak cuma Duryudana dan Kalapustaka membicarakan Pringgodani, tapi juga Arjuna. Cuma bedanya Arjuna merasa prihatin kenapa Pringgodani yang superpower kini dibiarkan vakum.

"Apakah Nanda Arjuna juga ikut-ikutan seperti Duryudana dan Kalapustaka yang ingin menguasai Pringgodani? Gampang, bisa diatur kok," Eyang Abiyasa meledek Arjuna ketika curhat di Padepokan Wukir Retawu.

"Gile apa?! Gue bukan tipe wayang ambisius, apalagi menguasai hak wayang lain," jawab Arjuna.

"Kau memang wayang tahu diri, Nak! Padahal peluang terbuka lebar. Bakatmu memang mengoleksi cewek," Eyang Abiyasa memuji.

"Lalu apa kriteria menjadi pemimpin Pringgodani, Eyang?" tanya Arjuna.

"Kriterianya kira-kira persis dengan batasan CES-lah," jawab Abiyasa sambil menyedot asap rokok dalam-dalam oleh-oleh Arjuna.

"Apa itu CES, Eyang?" Arjuna tak mengerti.

"Ketahuan nih tak pernah mengikuti kuliah subuh di televisi. CES, kepanjangan Cerdas Emosi Spritual," jelas Abiyasa.

"Lalu...?"

"Ya, setidaknya pemimpin ala CES harus paham dengan good coperate governance, yaitu tata kelola perusahaan. Di samping punya jiwa transparan, pemimpin juga harus punya visioner yang berpandangan jauh ke depan, dan peduli. Itu baru disebut pemimpin dambaan rakyat," nasihat Eyang Abiyasa.

"Siapa yang cocok menjadi penguasa di Pringgodani, Eyang?" tanya Arjuna.

"Siapa lagi kalau bukan Gatutkaca," jelas Abiyasa.

Setelah mendengar penjelasan Abiyasa, Arjuna buru-buru pamit ke Amarta. Tiba di Amarta, Arjuna langsung ke ruang pertemuan. Di sana keluarga Pendawa sudah menunggu, dan membicarakan persiapan pelantikan Gatutkaca sebagai presiden di Pringgodani.

"Nah, kebetulan Arjuna datang. Tolong jemput Gatutkaca di Kahyangan yang sedang mengikuti pelatihan leadership. Uang taksi Rp 30.000 cukup kan? Kalau kurang, ya tomboki sendiri. Sori lagi tanggung bulan nih, tanggal 1 kebetulan Minggu," kata Kresna yang kena kanker (kantong kering).

Pelantikan Gatutkaca sungguh meriah. Seluruh rakyat Pringgodani diundang menyaksikan peristiwa bersejarah itu. Tapi begitu pelantikan usai, mendadak Pringgodani diserang dua negara yang ingin mencaploknya, yaitu Astina dipimpin Duryudana dan Tunggarana dipimpin Kalapustaka.

Apa boleh buat, Gatutkaca yang masih pakai jas karena baru dilantik langsung memimpin pasukan melawan dua negara sekaligus. Dengan berbekal keahlian perang, Gatutkaca langsung membinasakan musuh-musuhnya. Duryudana yang mestinya harus hadir sebagai undangan pelantikan, terpaksa ngacir begitu diketahui kedoknya. Malu!

Malam harinya, sebagai rasa terima kasih, diselenggarakan pentas musik rakyat. Tak tanggung-tanggung Gatutkaca memanggil Om Bob, itu lho penyanyi kondang yang belakangan terjun menjadi presenter dengan menampilkan bintang-bintang penyanyi overseks.

"Overseks? Jangan salah mengartikan dulu, yang dimaksud penyanyi overseks itu overseket (di atas umur limapuluhan), spesialis melantunkan tembang kenangan. Lagu-lagu oldist," jelas Om Bob lalu membuka lagu favoritnya, Widuri.
He...he...he...! (*)


Rubrik Harian
Index Berita
Rubrik Mingguan -- Bangka Pos Kompas Pos Kupang Serambi Indonesia Sriwijaya Pos

http://www.surya.co.id/naskah.php?id=1332&rid=19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar