Senin, 17 September 2007

Tahun 2040 : 2.000 pulau tenggelam

Mungkin Anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas, bukanlah
suatu masalah yang perlu kita risaukan.
"Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta bisa
mengganggu kondisi planet bumi yang mahabesar ini?" barangkali
begitulah Anda berpikir.
Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC)
memublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat
mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan
suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 - 0,30 C. Jika
peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun
dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika
bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air
tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat. Udara akan
sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal
oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air
laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau.
Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.
Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002,
suhu minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17o C per tahun.
Sementara, Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 o C
per tahun. Tanda yang kasatmata adalah menghilangnya salju yang dulu
menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia , yaitu Gunung
Jayawijaya di Papua.
Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan
Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah
mengerikan. Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm.
Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050
daera-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing)
dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan
terendam semuanya.
Dengan adanya gejala ini, sebagai warga negara kepulauan, sudah
seharusnya kita khawatir. Pasalnya, pemanasan global mengancam kedaulatan
negara. Es yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas dan
menyebabkan permukaan laut bumi - termasuk laut di seputar
Indonesia - terus meningkat. Pulau-pulau kecil terluar kita bisa lenyap
dari peta bumi, sehingga garis kedaulatan negara bisa menyusut. Dan
diperkirakan dalam 30 tahun mendatang sekitar 2.000 pulau di Indonesia
akan tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir
pulau kecil pun akan kehilangan tempat tinggal. Begitu pula asset-asset
usaha wisata pantai.
Peneliti senior dari Center for International Forestry Research
(CIFOR), menjelaskan, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi
gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas / inframerah)
yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah
istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak
bisa menyebar). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer).
Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis
lapisan lapisan teratas atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang
pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya,
radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga
kian meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca tadi.
Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas
rumah kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak,
bensin, gas alam, batubara) untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik,
ataupun membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke udara. Gas lain
yang juga masuk peringkat atas adalah metan (CH4,18%), ozone (O3,12%),
dan clorofluorocarbon (CFC,14%). Gas metan banyak dihasilkan dari proses
pembusukan materi organic seperti yang banyak terjadi di peternakan
sapi. Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk kendaraan.
Sementara itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan AC
model lama.
Bersama gas-gas lain, uap air ikut meningkatkan suhu rumah kaca.
Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim.
Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah
memasuki bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Menurut
perkiraan, dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim hujan
terus bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari normal.
Banyak orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang merendam
lebih dari separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan global
saja. Padahal 35% rusaknya hutan kota dan hutan di Puncak adalah penyebab
makin panasnya udara Jakarta. Itu sebabnya, kerusakan hutan di
Indonesia bukan hanya menjadi masalah warga Indonesia , melainkan juga warga
dunia. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi),
mengatakan, Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke-3
di dunia sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan
pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan
industri). Jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari sekarang, 5 tahun
lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan Kalimantan yang
habis, 15 tahun lagi hutan di seluruh Indonesia tak tersisa. Di saat itu,
anak-anak kita tak lagi bisa menghirup udara bersih.
Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas
planet Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan,
termasuk anak-anak kita nanti.

Cara-cara praktis dan sederhana `mendinginkan' bumi :

1. Matikan listrik. (Jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat
elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop
kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN
menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski
harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala.
Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang
memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say no to plastic.Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas
berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya
untuk didaur ulang kembali.
12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka
turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi

BRAVO B2W

sumber: Gunawan from forum B2W (www.b2w-indonesia.or.id)