Rabu, 06 Februari 2008

Kematian Sebagai Nasehat

Kematian Sebagai Nasehat
Tentang Kematian, Allah SWT berfirman
:”Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (. Al Baqarah ayat 132)

:”Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS 39. Az Zumar ayat 42)

Tentang Maut dan Kematian, Rasulullah SAW bersabda
[b]
1.Kematian yang paling mulia ialah matinya para syuhada. (Asysyihaab)


2.Tidak ada sesuatu yang dialami anak Adam dari apa yang diciptakan Allah lebih berat daripada kematian. Baginya kematian lebih ringan daripada apa yang akan dialaminya sesudahnya. (HR. Ahmad)

3.Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)

4.Janganlah seorang mati kecuali dia dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah. (HR. Muslim)

5.Janganlah ada orang yang menginginkan mati karena kesusahan yang dideritanya. Apabila harus melakukannya hendaklah dia cukup berkata, "Ya Allah, tetap hidupkan aku selama kehidupan itu baik bagiku dan wafatkanlah aku jika kematian baik untukku." (HR. Bukhari)

6.Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru) dan keyakinan sebagai kekayaan. (HR. Ath-Thabrani)

7.Mati mendadak suatu kesenangan bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka. (HR. Ahmad)

8.Tuntunlah orang yang menjelang wafat dengan ucapan Laailaaha illallah (HR. Muslim)

9.Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, jenazah orang kafir berlalu di hadapan kami, apakah kami perlu berdiri?" Nabi Saw segera menjawab, "Ya, berdirilah. Sesungguhnya kamu berdiri bukanlah untuk menghormati mayitnya, tetapi menghormati yang merenggut nyawa-nyawa." (HR. Ahmad)

10.Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

11.Seorang mayit dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang minta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak dan kawan yang terpercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya baginya lebih disukai dari dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah 'Azza wajalla menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung-gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah mohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka. (HR. Ad-Dailami)

12.Allah mencatat ihsan (kebaikan) atas segala sesuatu. Apabila kamu membunuh hewan maka bunuhlah dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelihnya sembelihlah dengan baik. Asahlah tajam pisau potong dan ringankan hewan potongnya. (HR. Muslim)

13.Apabila seorang muslim wafat dan jenazahnya dishalati oleh empat puluh orang yang tidak bersyirik kepada Allah maka Allah mengijinkan syafaat (pertolongan) oleh mereka baginya (si mayit). (HR. Abu Dawud)

14.Percepatlah menghantar jenazah ke kuburnya. Bila dia seorang yang shaleh maka kebaikanlah yang kamu hantarkan kepadanya dan bila kebalikannya, maka sesuatu keburukan yang kamu tanggalkan dari beban lehermu. (HR. Bukhari)

15.Seorang mayit dapat disiksa (kubur) disebabkan tangisan keluarganya. (Mashabih Assunnah)

16.Janganlah mengingat-ingat orang-orangmu yang telah wafat, kecuali dengan menyebut-nyebut kebaikan mereka. (An-Nasaa'i)

17.Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah." Nabi Saw lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul." (HR. Ath-Thabrani)

Adakah kegiatan yang lebih menyenangkan dibanding pulang? Bel tanda berakhirnya pelajaran di sekolah adalah saat-saat yang ditunggu-tunggu, baik oleh siswa, guru, maupun petugas sekolah. Sebab setelah itu mereka akan pulang ke rumah bertemu dengan keluarga. Pulang saat mudik lebaran juga dinantikan oleh mereka yang merantau. Jauhnya perjalanan, kemacetan lalu lintas, antrean panjang untuk memperoleh tiket justru menjadi bumbu penyedap nikmatnya pulang. Pendeknya, pulang adalah kegiatan menyenangkan yang dinanti-nantikan.

Orang-orang yang menginginkan segera 'pulang' adalah mereka yang merindukan pertemuan dengan Allah SWT, Sang Pencipta, dan ingin segera berkumpul dengan para nabi, rasul, syuhada dan orang-orang shalih. Sedang orang yang membenci 'pulang' adalah orang yang menderita penyakit hubbud-dunya, yaitu mereka yang masih mencintai dunia. Mereka menganggap dunia ini adalah segala-galanya, padahal akhirat itu lebih baik dan lebih abadi.


:”Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS Al-A'laa [87]:17).

Kemilau kenikmatan dunia inilah yang sering membuat seseorang lupa bahwa nantinya ia akan dipanggil pulang kembali kepada Sang Khalik. Firman Allah SWT,

''Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai.'' (QS Ar-Rum [30]:7)

Pulang kembali kepada Sang Pencipta atau yang kita kenal dengan mati adalah keniscayaan yang akan dialami oleh siapa pun. Orang boleh membenci kematian dan melupakannya, namun kematian tetap akan menjemputnya sebagaimana firman-Nya,

''Katakanlah sesungguhnya kematian yang engkau lari daripadanya, niscaya ia akan menemuimu. Kemudian engkau akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Lalu Dia akan memberitahukan kepadamu apa-apa yang telah engkau perbuat.'' (QS Al-Jumu'ah [62]: 8).

Namun kapan seseorang harus pulang kembali kepada-Nya adalah misteri yang hanya diketahui oleh Sang Pemilik Kehidupan, Allah SWT. Manusia tidak kuasa menjadwalkan kapan seharusnya mereka pulang kembali kepada-Nya.

Firman Allah SWT dalam surah Ali Imrah ayat 145,
''Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur..''

"Dan ketahuilah,"tulis Ali bin Abi Thalib dalam surat wasiat kepada putranya, Al Hasan, [i][i]"[b][b]engkau diciptakan untuk akhirat, bukan untuk dunia fana ini. Untuk sirna, bukan untuk abadi. Untuk mati, bukan untuk hidup selamanya. Bahwa posisimu adalah posisi berangkat untuk mengumpulkan bekal. Dan, bahwa engkau tengah berjalan menuju akhirat. Bahwa engkau tengah dikejar oleh kematian. Tidak ada makhluk yang dapat lari dari kematian. Karena itu, hati-hatilah selalu dengan kematian. Jangan sempat engkau dijemput kematian ketika engkau tengah dalam kondisi buruk."

Firman Allah SWT dalam Al Qur’an :"Dan setiap umat mempunyai batas waktu maka apabila telah datang ajal mereka maka mereka tidak akan dapat mengundurkannya sesaatpun dan mereka tidak dapat pula memajukannya." (QS. Al-A`raf:34)

Ketika kita turut mengusung keranda, jarang sekali kita merasa bahwa pada suatu saat kita akan diusung pula. Pada saat kita ikut meletakkan atau menyaksikan sang mayit diletakkan dalam rongga sempit di dalam tanah, kita tidak berfikir bahwa kita juga nanti pasti akan mengalami hal serupa. Banyak manusia yang tidak sadar bahwa detak jantung yang belalu, denyut nadi yang bergetar serta detik-detik yang terlewat sesungguhnya merupakan langkah-langkah pasti yang akan semakin mendekatkan kita pada titik takdir kematian.

Dan ketika kematian itu datang, maka berakhirlah segala kenikmatan yang telah dan tengah dirasakan manusia. Ada orang bijak yang mengatakan,secara global sesungguhnya Allah hanya memberi satu nikmat saja kepada manusia, yakni nafas. Begitu nafas itu berhenti, maka berhenti pula berbagai kenikmatan yang ada. Itulah sebabnya, mengapa nabi mengatakan bahwa sesuatu yang bisa memutus segala kenikmatan adalah kematian. Meskipun secara hakiki hanya Allah yang mencabut semua itu. Anehnya, sesuatu inilah yang paling sering tidak diingat manusia.

Sering kali gebyar kehidupan duniawi mudah membuat kita terlena. Apalagi ketika begitu semakin banyak perlengkapan hidup dengan segala macam kemajuan, kemudahan dan kenikmatannya yang semakin mengepung kita di masa modern ini. Semua itu kerap menggoda dan melalaikan manusia. Muncullah berbagai prinsip hidup sesat seperti materialisme (hidup hanya untuk tujuan mencapai kemajuan materi), hedonisme (hidup hanya untuk mencapai kesenangan), permisivisme (serba membolehkan apa saja) dan lain-lain yang sejenisnya. Dalam keadaan seperti itu, nasehat dari siapapun biasanya tak lagi digubris. Tapi ingatlah setiap kita memiliki penasehat yang sangat ampuh, yaitu kematian. Bila sejenak merenungkan kematian yang sewaktu-waktu pasti akan datang, pasti kita akan lebih hati- hati dalam melangkah.

Rasululloh saw bersabda :”Cukuplah kematian itu sebagai nasehat”. (HR. Thabrani dan Baihaqi).

Sudah semestinya kita senantiasa mengingat akan datangnya musibah terbesar itu. Seketika itu, istri, anak dan keluarga tersayang akan terpisah, pangkat yang diduduki akan hilang, harta yang dikumpulkan dengan susah payah semuanya akan ditinggalkan, dan bahkan nyawa yang dicintai akan lepas. Melalui pintu mati kita meninggalkan alam dunia, menuju alam kehidupan berikutnya, akhirat.

Orang yang melalaikan datangnya kematian, berarti kehilangan penasehat terbaiknya. Kehidupannya akan mudah tergoda dan terperosok dalam kelalaian. Keterlenaannya mengejar kehidupan dunia, kenikmatan sesaat dan bermegah-megahan membuatnya lalai mempersiapkan bekal akhirat hingga kematian menjemput. Akibat lalai dengan nasehat kematian, akhirnya hanya berujung kepada penyesalan abadi di neraka jahim.

Firman Allah SWT dalam Al Qur’an :
”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”.
(QS. At Takastur: 1- 8).

Rasulullah saw bersabda: "Perbanyaklah kalian mengingat mati sebab seseorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan Allah akan mengingatkan baginya sakitnya kematian." (Al-Hadits).

Kita diajarkan oleh Rasulullah saw untuk selalu mengingat akan datangnya kematian, sebab orang yang tidak mengingat mati berpeluang hatinya menjadi mati dan akan mudah berbuat maksiat. Orang yang rajin bersilaturahmi, bersedekah dan berdoa akan dapat memperpanjang usianya. Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan orang yang mempersiapkan dirinya untuk mati. Jangan risau akan kematian tapi risaulah jika tidak mempunyai cukup bekal untuk mati. Kejarlah dunia seakan kamu hidup selama-lamanya dan kejarlah akhirat seakan kematian akan menjemput kamu esok hari. Karena tanpa kita sadari, kematian selalu mengintai kita semua dan kedatanganya tampak selalu mendadak. Banyak terjadi, manusia yang dicabut nyawanya dalam keadaan sedang bergembira ria, sedang maksiat, sedang tidur dll. Kemana pun kita berlari, dan dimana pun kita berada, mati akan datang merenggut kita. Ini suatu kepastian yang mutlak. Kita semua hanya menunggu giliran, masalahnya hanya waktu.

Kematian datang dengan caranya. Dia tak pernah malas dan lupa menjemput kita, baik ketika berada di udara, di laut, dan di darat. Ketika naik pesawat maupun berjalan kaki. Dia bisa datang ketika naik pesawat mahal di Kelas bisnis ataupun pesawat murah di kelas ekonomi, ketika naik jaguar ataupun dokar (andong), ketika kita naik mobil mewah maupun saat naik metro mini. Kematian bisa datang ketika kita makan, maupun saat berhenti. Ketika bangun, maupun ketika tidur.
Tak ada tempat bersembunyi, tak ada tawar-menawar. Lalu, ketika waktunya tiba, mengapa kita menyesalinya? Kita semua sedang dikejar kematian, tak mungkin bisa lari, apalagi bersembunyi. Hanya kepada Allah SWT, kita semua akan kembali. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.

Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press

__________________
Tommy Mardianto
DAMAI itu INDAH
021-68759800

http://www.honda-tiger.or.id/forum/showpost.php?p=697177&postcount=1