Kamis, 21 Desember 2006

Gaji Tinggi Bukan Segalanya

Dari forum web, diposting oleh Mooh..
http://www.honda- tiger.or. id/forum/ showthread. php?t=15257

Gaji Tinggi Bukan Segalanya

------------ --------- --------- --------- --------- --------- -

iseng.. dapet dari milis sebelah..
mudah2an belum ada yg pernah quote di forum bb ini
sapa tau ada yg bisa diambil sebagai pelajaran

GAJI TINGGI BUKAN SEGALANYA... .....

Mengapa perputaran karyawan tinggi walaupun remunerasinya di atas rata-rata? Uangkah pemicunya? Atau ada faktor lain yang menentukan kesetiaan mereka?

Akhir tahun lalu, Lesmana, seorang teman lama yang ahli dalam pengembangan bisnis telekomunikasi mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan multinasional untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia ... Dia tertarik dan memutuskan untuk bergabung. Dia telah banyak mendengar tentang pimpinan perusahaan ini, yang sering diberitakan sebagai pemimpin visionaris dan legendaris.

Gaji Lesmana besar, perlengkapan kantornya mutakhir, teknologinya canggih, kebijakan SDM-nya pro-karyawan, kantornya megah di daerah segitiga emas, bahkan kantinnya menyajikan makanan yang lezat dan murah. Dua kali dia dikirim keluar negeri untuk pelatihan. "Proses pembelajaran saya adalah yang tercepat di sini,"kata Lesmana. "Sungguh menakjubkan bekerja dengan dukungan teknologi mutakhir seperti di perusahaan ini".

Siapa nyana dua minggu lalu, belum genap tujuh bulan bekerja di perusahaan itu, dia mengundurkan diri. Lesmana belum mendapatkan tawaran pekerjaan lain, tapi dia tidak sanggup lagi bertahan di sana. Belakangan, sejumlah karyawan di divisi yang sama dengannya ikut resigned. Direktur utama perusahaan itu pun merasa tertekan karena perputaran (turnover) karyawan sangat tinggi. Cemas memikirkan biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk alokasi dana pelatihan karyawan. Ia juga bingung lantaran tidak tahu apa gerangan yang terjadi. Mengapa karyawan yang bertalenta bagus ini mengundurkan diri, padahal gajinya sudah cukup tinggi?

Lesmana resigned karena beberapa alasan. Alasan ini juga yang menyebabkan sebagian besar karyawan lain yang bertalenta tinggi akhirnya mengundurkan diri.

Beberapa survey membuktikan bahwa jika anda kehilangan karyawan berbakat, periksalah atasan langsung mereka. Si atasan adalah alasan utama karyawan tetap bekerja dan berkembang dalam suatu perusahaan. Namun dia jugalah yang menjadi alasan utama mengapa para karyawan berhenti dari pekerjaannya, membawa pergi pengetahuan, pengalaman dan klien mereka. Bahkan tidak jarang selanjutnya secara terang-terangan berkompetisi dengan perusahaan bekas tempatnya bekerja.

"Karyawan meninggalkan manajernya bukan perusahaannya, "kata para ahli SDM. Begitu banyak uang yang telah dikeluarkan untuk tetap mempertahankan karyawan berbakat, baik dengan memberikan gaji lebih tinggi, bonus ekstra maupun pelatihan mahal. Namun pada akhirnya, perputaran karyawan kebanyakan disebabkan oleh manajer/pimpinannya , bukan oleh hal lain.

Jika anda mengalami masalah turnover , maka pertama-tama periksalah kembali para manajer anda. Apakah mereka biang keladi yang membuat para karyawan tidak betah?.

Pada tahap tertentu, karyawan tidak lagi melihat jumlah uang yang ia dapatkan, tapi lebih kepada bagaimana mereka diperlakukan dan seberapa besar perusahaan menghargai mereka.. Kedua hal ini umumnya tergantung dari sikap para pimpinan terhadap mereka. Dan sejauh ini, bekerja dengan atasan yang buruk sering dialami oleh para karyawan yang bekerja dengan baik. Survey majalah Fortune beberapa tahun lalu mengungkapkan bahwa 75% karyawan menderita karena berada di bawah atasan yang menyebalkan.

Dari seluruh penyebab stress ditempat kerja, seorang atasan yang jahat mungkin adalah hal yang terburuk, yang secara langsung akan mempengaruhi kinerja dan mental para karyawan.

Simak saja kisah yang dikutip langsung dari"medan perang" ini. Mulya seorang insinyur, masih bergidik saat membayangkan hari-hari dimana ia dimaki-maki bos di depan staf lainnya. Atasannya itu sering menghina dengan kata-kata yang kasar. Waktu menghadapi hal menakutkan itu, Mulya praktis tak punya nyali untuk menjawab. Ia kembali ke rumah dengan perasaan tidak keruan dan mulai menjadi kasar seperti sang atasan. Bedanya kekesalan ini dilampiaskan ke istri dan anak-anaknya, kadang juga ke anjing peliharaannya. Lambat laun, bukan pekerjaan Mulya saja yang kacau balau, pernikahan dan keluarganya pun hancur berantakan.

Nasib Agus juga setali tiga uang. Menceritakan "penyiksaan" yang dilakukan oleh bosnya gara-gara ada perbedaan pendapat yang tidak terlalu penting antara keduanya. Atasan Agus benar-benar menunjukkan rasa tidak suka terhadapnya. Ia tidak lagi diikut-sertakan dalam pengambilan keputusan. "Bahkan dia tidak lagi memberikan saya dokumen maupun pekerjaan baru," keluh Agus. "Sangat memalukan duduk di depan meja kosong tanpa tahu apapun dan tidak seorangpun yang membantu saya". Lantaran tidak tahan lagi, lalu Agus mengundurkan diri.

Para ahli SDM mengatakan, dari segala bentuk kekerasan, tindakan memperlakukan karyawan ditempat umum adalah yang terburuk. Pada awalnya, si karyawan mungkin tidak langsung mengundurkan diri, akan tetapi pikiran itu sudah tertanam. Jika kejadian terulang lagi, pikiran tersebut akan semakin kuat. Dan akhirnya, pada kejadian yang ketiga, karyawan itu akan mulai mencari pekerjaan lain. Ketika seseorang tidak bisa membalas kemarahannya, ia akan melakukan pembalasan "pasif". Biasanya dengan cara memperlambat pekerjaan, berleha-leha, hanya melakukan pekerjaan yang disuruh atau menyembunyikan informasi penting.

"Jika anda bekerja untuk orang yang menyebalkan, pada dasarnya anda ingin orang itu mendapat kesulitan. Jiwa dan pikiran kita tidak menyatu lagi dengan pekerjaan kita," papar Agus.

Para manajer bisa menekan bawahan melalui beragam cara. Misalnya dengan mengontrol bawahan secara berlebihan, curiga, menekan, terlalu kritis, bawel dan sebagainya. Namun para atasan tersebut tidak sadar bahwa karyawan bukan merupakan aset tetap, mereka adalah manusia bebas. Jika ini terus berlanjut, maka seorang karyawan akan mengundurkan diri, walau tampaknya cuma karena masalah sepele saja.

Bukan pukulan ke-100 yang menjatuhkan seseorang, tapi 99 pukulan yang diterima sebelumnya. Memang benar, karyawan meninggalkan pekerjaannya karena bermacam alasan untuk kesempatan yang lebih baik atau kondisi yang tidak memungkinkan lagi. Namun banyak yang semestinya tetap tinggal jika tidak ada satu orang (seperti atasan Lesmana) yang terus-menerus mengatakan," Kamu tidak penting, saya bisa dapat lusinan orang yang lebih baik dari kamu!".

Kendati tersedia segudang pekerjaan lain (terlebih dalam keadaan pengangguran tinggi sekarang ini), bayangkanlah sesaat, berapa biaya atas hilangnya seorang karyawan yang bertalenta tinggi.. Ada biaya yang harus dibayar untuk mencari pengganti, ada biaya pelatihan bagi pengganti karyawan tersebut. Belum lagi akibat yang ditimbulkan karena tidak ada orang yang mampu melakukan pekerjaan itu saat calon pengganti sedang dicari, kehilangan klien dan kontak yang dibawa pergi karyawan yang hengkang, penurunan moral karyawan lainnya, hilangnya rahasia penjualan dari karyawan tersebut yang seharusnya diinformasikan ke karyawan lainnya, dan yang terutama turunnya reputasi perusahaan.

Lagi pula, setiap karyawan yang pergi, bagaimanapun juga akan menjadi"duta" untuk mewartakan hal yang baik maupun yang buruk dari perusahaan itu.

Kita semua tahu suatu perusahaan telekomunikasi besar yang orang-orang ingin sekali bergabung, atau suatu bank yang hanya sedikit orang ingin menjadi bagiannya. Mantan karyawan kedua perusahaan ini telah keluar untuk menceritakan kisah pekerjaannya.

"Setiap perusahaan yang berusaha memenangkan persaingan harus memikirkan cara untuk mengikat jiwa setiap karyawannya, " kata Jack Welch mantan orang nomor satu di General Electric. Umumnya nilai suatu perusahaan terletak "diantara telinga" para karyawannya. Karyawan juga manusia, punya mata, punya hati.....

JUNIUS LEE,CEO & Managing Consultant

JCI Kimberley Executive Search International

(Recruitment Consultants)

Kamis, 07 Desember 2006

Jakarta Lautan Sepeda



Acara Tutup Tahun 2006 dan Menyambut Tahun Baru 2007
31 Desember 2006 & 01 Januari 2007 Bumi Perkemahan Ragunan

3 Pemecahan Rekor Indonesia Sekaligus!!
- Rekor Kumpul Sepeda Terbanyak (Jakarta Lautan Sepeda)

Minggu 01 Januari 2007
Start: jam 09.00 pagi
Rute: Dari Ragunan ke Monas

- Rekor Ketahanan Naik Sepeda Non Stop 27 Jam
- Rekor Musik Non Stop 31 Jam
- Lomba Photo Digital dari hp anda - Berhadiah!

Doorprize: 1 Sepeda Motor

Pendaftaran dan info lebih lanjut: 021 788 46688 (panitia)

Minggu, 03 Desember 2006

Bahaya Mendengkur

By: Andreas A. Prasadja


Bahaya Mendengkur

Tulisan ini untuk memperjelas topik sebelumnya (migrain) yang mengarah pada gangguan tidur bernama Sleep Apnea.

Mendengkur adalah hal yang biasa bagi orang kebanyakan. Dengkuran yang keras sering diasosiakan dengan tidur yang amat lelap, yang mungkin diakibatkan oleh kelelahan. Bahkan di antara keluarga atau para sahabat di saat liburan bisa menjadi bahan canda yang amat lucu. Pakde Joko mendengkur seperti mesin gergaji… Atau Bude Santi punya kodok tersembunyi… Tapi tahukah Anda, bahwa ada bahaya yang mengancam dibalik dengkuran saat tidur?

Bahaya tersebut dikenal dengan sebutan Obstructive Sleep Apnea (OSA,) yang artinya adalah henti nafas waktu tidur yang disebabkan oleh menyempitnya jalan nafas. Dan mendengkur adalah gejala utama yang paling mudah dikenali pada penderita OSA. OSA disebabkan oleh penyempitan jalan nafas atas secara periodik di waktu tidur. Menyempitnya jalan napas disebabkan oleh faktor keturunan, kegemukan, dan konsumsi alkohol atau obat tidur.

Ketika otot-otot lidah melemas, ia akan terjatuh ke belakang dan menyumbat saluran nafas. Akibatnya nafas akan terhenti (apnea) sebentar atau nafas menjadi dangkal (hypopnea). Si penderita biasanya terbangun tiba-tiba dengan nafas terengah-engah dan berkeringat tanpa tahu penyebabnya. Lebih sering lagi, penderita sama sekali tidak terjaga, walaupun gelombang otak menunjukkan periode bangun. Ini di sebut sebagai mini arousal, dimana si penderita tidak tahu/ingat dirinya terbangun. Periode ini terjadi berulang sepanjang malam yang mengakibatkan proses tidur yagn terpotong-potong. Jika tidur sudah terganggu, kegiatan di siang hari pun terganggu oleh kantuk. Akan tetapi pada tahap awal penderita OSA bisa saja tidak menyadari gangguan yang dialaminya, bahkan ia sendiri tidak tahu bahwa dirinya seorang pendengkur. Justru orang lain yang mengetahui, karena terganggu oleh dengkuran di saat tidur. Akibatnya, OSA sering kali tidak dirawat.

OSA mengakibatkan berkurangnya oksigen yang masuk ke dalam tubuh, terutama otak. Jika dibiarkan tanpa perawatan biasanya dapat berakibat fatal, seperti hipertensi, serangan jantung, impotensi, stroke, denyut jantung yang tidak teratur serta penyakit-penyakit jantung lainnya. Menurut sebuah artikel dalam New England Journal of Medicine (Maret 2005,) penderita gangguan jantung dengan OSA mempunyai resiko lebih tinggi untuk mengalami kematian mendadak pada jam-jam tidur. OSA juga dapat mengakibatkan masalah serius lainnya sebagai akibat kurangnya kualitas tidur, seperti kecelakaan kerja maupun berkendara, karena kantuk berlebihan di siang hari, berkurangnya produktivitas karena sulit mempertahankan konsentrasi atau berkurangnya daya ingat, hingga gangguan hubungan interpersonal karena mood yang terganggu.

Apakah saya menderita OSA? Berikut adalah tanda maupun gejala penderita OSA:
• Tidur mendengkur dengan periode henti nafas (apnea).
• Kantuk berlebihan di siang hari.
• Tersedak ataupun rasa kehabisan nafas saat tidur.
• Kualitas tidur yang kurang nyenyak.
• Mulut terasa kering saat terbangun.
• Konsentrasi terganggu.
• Daya ingat menurun.
• Mudah marah.
• Hipertensi.
• Nyeri dada di waktu malam.
• Depresi.
• Kelebihan berat badan (makanya ikut B2W.)
• Libido menurun.
• Sakit kepala di pagi hari.
• Sering ke kamar mandi di malam hari.
• Bentuk leher yang pendek namun besar.

Untuk mendiagnosa OSA, biasanya seorang dokter akan menganjurkan sebuah prosedur pemeriksaan yang menggunakan sebuah alat bernama polysomnography (PSG) yang biasanya dapat ditemukan di klinik-klinik gangguan tidur atau pusat-pusat penelitian tidur, yang baru terdapat beberapa saja di Indonesia. Pemeriksaan ini di luar negeri dikenal dengan sebutan sleep study, sleep test atau sleep laboratory. Alat tersebut terdiri dari sensor-sensor yang merekam segala aktifitas nafas dan gelombang otak saat tidur. Setiap gangguan dan periode-periode henti nafas saat tidur akan terekam secara terperinci. Prosedur ini amatlah mudah, nyaman, tidak menyakitkan, tidak memerlukan obat-obatan, tidak meggunakan teknik-teknik infasif maupun operatif dan tidak mengganggu tidur.

Dari sleep study akan diperoleh gambaran pola tidur seseorang. Sedangkan bagi penderita OSA yang paling penting diperhatikan adalah Apnea-Hypopnea Index (AHI,) yang artinya adalah indeks rata-rata jumlah henti nafas dalam sejam. AHI <5/jam>30 berarti OSA yang berat. Kadar penurunan oksigen dalam darah juga penting untuk diperhatikan.

Ketika OSA sudah dapat dipastikan, beberapa metode perawatan akan ditawarkan tergantung pada hasil pemeriksaan di sleep laboratory. Terlepas dari perawatan yang ditawarkan, seorang penderita OSA diharuskan untuk mengurangi berat badan, berolah raga dan merubah gaya hidup (menghentikan konsumsi alkohol, rokok dan obat-obatan tertentu.) Seperti halnya kita membutuhkan makanan dan gaya hidup yang sehat, kita juga membutuhkan tidur yang sehat. Selama tidur, tubuh kita tetap bekerja dan menjalankan berbagai aktifitas seperti saat kita terbangun. Saat bangun dan tidur adalah siklus alami yang harus diperlakukan dengan perhatian yang sama, itulah sebabnya perhimpunan-perhimpunan penelitian tidur di beberapa negara di dunia memasukkan lambang yin dan yang dalam logo mereka.

Pilihan terbaik untuk perawatan OSA saat ini adalah dengan menggunakan alat bantu nafas bernama CPAP (Continuous Possitive Airway Pressure.) Alat ini berupa sungkup (masker) yang terhubung dengan sebuah mesin yang meniupkan udara bertekanan yang akan menjamin terbukanya jalan nafas di saat tidur. Penggunaan CPAP tidaklah mudah namun cukup nyaman bagi penderita. Setelah menggunakan CPAP selama 6 bulan hingga 1 tahun, biasanya dilakukan PSG ulang untuk mengevaluasi OSA. Banyak penderita OSA yang melaporkan perbaikan dramatis pada kualitas tidur setelah menggunakan CPAP untuk pertama kalinya. Jika seorang penderita dinyatakan sembuh, ia tidak perlu lagi menggunakan CPAP. Tahukah Anda, bahwa CPAP adalah alat yang amat sederhana sehingga prototype pertamanya dibuat dari alat penyedot debu?

Banyak studi yang menunjukkan adanya korelasi antara hipertensi dan OSA. Beberapa bahkan menyebutkan adanya perbaikan tekanan darah di waktu siang maupun malam hari, setelah penggunaan CPAP sebagai terapi OSA. Beberapa penelitian malah lebih jauh menunjukkan bahwa beberapa penderita stroke juga menderita OSA setelah serangan. Dan penderita yang mendapatkan perawatan CPAP menunjukkan stabilitas emosi dan hasil rehabilitasi yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan perawatan.

Pilihan lain yang biasanya dianjurkan juga, berupa pemasangan alat-alat tertentu yang dikenakan di mulut saat akan tidur. Alat yang dibuat oleh dokter gigi ini berfungsi untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka saat tidur. Pada penderita OSA yang tidak dapat bertoleransi dengan CPAP, dianjurkan beberapa tindakan operatif yang dikerjakan oleh dokter spesialis THT (sleep surgeon.) Operasi diarahkan untuk mengurangi jaringan lunak pada langit-langit mulut atau bahkan menghilangkan uvula sama sekali. Atau pada penderita OSA yang disebabkan oleh pembengkakkan amandel, dilakukan operasi pengangkatan amandel untuk menjamin lancarnya jalan nafas. Sedangkan tindakan kurang infasif yang saat ini populer di Indonesia adalah pemasangan implant pada langit-langit mulut yang bernama pillar procedure. Sayangnya beberapa ahli sleep surgery menyatakan bahwa prosedur ini hanya efektif pada penderita OSA ringan (AHI<15/jam.)

Amat disayangkan, karena kurangnya pengetahuan kita banyak penderita OSA di sekitar yang dibiarkan tanpa perawatan. Cobalah untuk melihat, apakah Anda atau pasangan Anda mempunyai salah satu resiko atau gejala menderita OSA?

Salam...